
BATU AMPAR – Berangkat dari perlawanan sosial terhadap kebijakan pemerintah yang terkesan tidak konsisten dalam penanganan persoalan terkait pangan, Desa Batu Ampar di Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang saat ini mulai membangun langkah strategis untuk mencukupi kebutuhan pangan warganya. Salah satu langkah strategis yang akan dilakukan pemerintah Desa Batu Ampar yakni mempersiapkan bahan cadangan makanan pengganti beras, yakni umbi gadung.
Kepala Desa Batu Ampar, Harwan Iskandar, S.Pd.I kepada RB mengungkapkan, dari waktu ke waktu kebutuhan pangan masyarakat semakin tinggi, semantara ketersedian lahan produksi semakin hari semakin berkurang. Bahkan berdasarkan data terakhir diketahui luas lahan produksi khusus areal persawahan di Kabupaten Kepahiang berkurang tahun 2018 sekitar 4.418 hektare. Angka ini mengalami pengurangan dari tahun sebelumnya, yakni 2017 dimana luas sawah di Kabupaten Kepahiang mencapai 5.287 hektare.
Menurutnya umbi gadung ini memiliki banyak nilai lebih sebagai cadangan makanan pengganti beras, kendati selama ini umbi gadung selalu diidentikkan dengan kemiskinan. Padahal jika dipahami manfaatnya dan kegunaannya tanaman ini sangat baik. Selain umbi gadung merupakan jenis tanaman endemik Indonesia, tanaman ini tidak akan terkena hama babi seperti tanaman lainnya.
“Selain itu dalam pengelolaannya, tanaman ini tidak membutuhkan pembukaan lahan baru. Cukup ditanam dibawah tanaman hutan atau tanaman kebun, umbi gadung ini sudah bisa tumbuh. Bahkan umbi gadung ini bisa bertahan di dalam tanah sampai 10-20 tahun. 1 bongkah umbi gadung besar saja bisa mencapai 100 kilogram,” jelas Harwan.
Selain disiapkan sebagai cadangan makanan, air rendaman umbi gadung sebelum akhirnya diolah menjadi makanan atau penganan, bisa juga dimanfaatkan sebagai pestisida organik. Bahkan hal ini menurut Harwan sudah pernah diteliti oleh United States Agency for International Development (USAID.
“Selain itu olahan umbi gadung ini bisa dijadikan makanan ringan seperti keripik, pengganti makanan pokok beras, dan bisa diproduksi menjadi tepung. Saat ini warga disini sudah mulai mengarah pada pemanfaatan gadung sebagai alternatif pengganti nasi, jika dikemudian hari negara ini mengalami kesulitan persoalan pangan,” ungkap Harwan.
Diungkapkan Harwan, saat ini desa dengan jumlah 182 KK dan 659 jiwa tersebut sudah memasukkan pengelolaan umbi gadung dalam program pembangunan desa kedepan dari sektor pertanian.
“Visi besar pemerintahan Desa Batu Ampar saat ini hingga kedepannya adalah Pembangunan Desa yang Berasaskan Konservasi. Untuk itu beberapa langkah sudah kita mulai sejak awal seperti membangun SDM, penguatan kapasitas kelembagaan dan lainnya,” demikian Harwan. (sly)
Sumber: Rakyat Bengkulu