Melihat dari Dekat Proses Pembuatan Gula Aren di Bukit Hitam Bengkulu

Batu Ampar, salah satu desa di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu yang berbatasan langsung dengan taman wisata alam (TWA) Bukit Kaba, ini bukan hanya menyimpan potensi wisata nan indah. Wilayah ini menjadi salah satu penghasil gula merah atau gula aren.

Di desa yang dihuni 181 kepala keluarga (KK) ini, warganya mampu menghasilkan gula aren 50 hingga 100 kilogram (kg) per hari. Tidak kurang dari ribuan pohon aren tumbuh subur di daerah yang berbatasan langsung dengan Bukit Hitam tersebut.

Gula aren diolah masyarakat setempat masih secara tradisional yang diperoleh secara turun menurun. Seperti halnya yang dilakoni Sopiyanto (46). Bapak dari dua orang anak ini sudah menjadi pengrajin gula aren selama 12 tahun. Per hari, suami dari Sukmawati ini mampu menghasilkan gula merah sebanyak 6 kilogram. driveragent plus product key

Hari itu, Selasa 22 Januari 2018, cuaca di Kabupaten Kepahiang cerah berawan. Begitu juga dengan di desa Batu Ampar Kecamatan Merigi. Sinar mentari yang terik tidak membuat masyarakat daerah yang di impin kepala kepala desa Harwan Iskandar, untuk berhenti beraktivitas.

Sopiyanto, misalnya. Pria kelahiran 1972 itu sedang santai di pondoknya. Di perbatasan TWA Bukit Kaba, berjarak kira-kira 2 kilometer (KM), di bawah kaki Bukit Hitam, suami dari Sukmawati itu sedang menunggu adonan air nira dalam kawah (dalam bahasa rejang) yang dimasak di atas api menggunakan tungku, depan pondoknya. wondershare mobile trans crack

Sebelum adonan air nira dimasak, Sopiyanto, musti menjalankan proses cukup panjang. Pria kelahiran 46 tahun silam ini memiliki pohon aren 12 batang. Pohon itu ditanam di areal perkebunan miliknya, sejak 8 tahun hingga 10 tahun lalu. Saat ini pohon aren miliknya sudah bisa diolah menjadi gula merah.

Pohon aren berusia 8 hingga 10 tahun yang ditanam Sopiyanto berjenis aren gajah. Di mana aren jenis ini memiliki kelebihan, pohon berukuran lebih tinggi dan menghasilkan air lebih lebih banyak dari pohon aren jenis bangkul. Aren jenis bangkul, pohonnya lebih pendek dari jenis gajah dan tidak terlalu banyak mengandung air.

“Pohon aren saya ada 12 batang. Pohon yang sudah bisa diolah menjadi air nira untuk dijadikan gula merah adalah pohon aren yang berusia 8 hingga 10 tahun,” kata Sopiyanto kepada Okezone ketika ditemui di pondok-nya di perbatasan TWA Bukit Kaba, kaki Bukit Hitam.

Satu tangkai bunga aren hasilkan 50 liter air nira

Pohon aren milik Sopiyanto, sudah banyak berbuah. Sehingga dia bisa mengelola bunga mayang (bahasa Rejang) atau bunga aren menjadi air nira, selanjutnya menjadi gula merah. Bunga aren bisa dikelola menjadi air nira, berusia dua hingga tiga bulan. Bunga aren tersebut sudah tampak menghitam.

Di umur tiga bulan, bunga aren mulai dipukul di bagian pangkal dan tangkai bunga. Pemukulan itu dilakukan selama lima minggu, dengan jarak sekira 15 hari per minggu. Pemukulan tangkai dan pangkal bunga pun musti menggunakan kayu khusus yaitu dari pohon buah-buahan yang dibuat sedemikian rupa, layaknya pemukul pentungan. driveragent plus product key

Oleh masyarakat setempat, pemukul itu diberi nama tono’a. Setelah proses pemukulan tangkai bunga aren selama 5 minggu, bunga aren kemudian diperam terlebih dahulu, selama 15 hari hingga 30 hari. Di usia itu bunga akan menjadi mengkilat atau bunga sudah berkembang.

Selanjutnya, tangkai bunga dipotong atau diiris pada pagi hari dengan dilapisi kain. Kemudian, pada sore hari tangkai yang diiris tersebut dicek apakah air yang dikeluarkan sudah normal atau belum. Jika sudah normal maka tangkai tersebut sudah bisa di tampung.

Namun, tangkai bunga aren bisa saja tidak menghasikan air banyak. Kondisi tersebut dipengaruhi curah hujan dan angin, sehingga air tidak dapat keluar dari tangkai bunga. Pemukulan tangkai bunga aren tidak lain untuk melembutkan batang tangkai. Namun, jika tangkai tidak dipukul maka air tidak akan mengeluarkan air.

“Satu tangkai bisa menghasilkan air selama empat bulan. Saat memasuki bulan kedua air mulai berkurang. Satu tangkai bisa menghasilkan 50 liter air nira,” jelas Sopiyanto.

35 liter sir nira hasilkan 6 kg gula merah

Proses selanjutnya, air nira yang sudah diambil dari pohon aren dimasak dengan dimasukkan ke dalam kawah mirip kuali berukuran besar menggunakan tungku. Di mana api untuk memasak air nira tersebut tidak terlalu besar, diatur sedemikian rupa, sehingga terlihat normal.

Sopiyanto, sekali memasak air nira bisa mencapai 35 liter. Dari 35 liter itu bisa menghasilkan 6 kg gula merah. Setelah air nira di masak maka menjadi manis kental. Selanjutnya, manis kental tersebut kembali dimasak selama sekira satu jam dengan menggunakan tungku. Kemudian, manis kental didinginkan dan siap dicek, dengan tempurung kelapa.

Namun, bapak dua orang anak ini tidak langsung mencetak gula merah. Dia menyimpan manis kental tersebut selama dua minggu. Hal tersebut agar dia memiliki stok untuk mencetak gula merah, pada hari selanjutnya. Gula merah yang telah dicetak tersebut dijual ke pengecer di desa setempat.

“Manis kental bisa disimpan selama dua minggu. Untuk menjadi gula merah manis kental dimasak kembali selama satu jam selanjutnya baru di cetak,” ujar Sopiyanto.

Pria yang telah melakoni sebagai pengrajin gula merah atau aren selama 12 tahun ini setiap hari mampu menghasilkan gula merah asli sebanyak 6 kg. Harga jual per kilo sebesar Rp12 ribu. Harga jual gula merah itu melonjak satu bulan jelang bulan puasa.

“Harga gula merah akan melonjak satu bulan sebelum bulan puasa. Biasanya harga gula merah naik selama 6 bulan hingga Lebaran Haji,” kata Sopiyanto.

Desa yang didiami 659 jiwa ini mampu menghasilkan gula merah 50 hingga 100 kg per hari. Kondisi itu diperkuat dengan tanaman pohon aren di wilayah ini mencapai 3.000 batang pohon. Sehingga, desa ini menjadi salah satu penghasil gula merah yang cukup menjanjikan bagi masyarakatnya.

“Setiap hari warga sini menghasilkan gula merah 50 kg hingga 100 kg. Semua gula itu dijual ke luar. Kedepannya, desa kami bisa menjadi penghasil gula merah terbesar di Kepahiang, khususnya,” pungkas Kades Batu Ampar, Harwan Iskandar. (tam)

Sumber: OkeZone.com