Namanya “Diki”, seorang anak berusia 7 tahun dari pasangan Riswan dan Sinar. Sudah 6 tahun Diki tidak dapat menutup matanya seperti harusnya kita membuka dan menutup mata.
Diki mengalami luka bakar pada wajahnya ketika musibah kebakaran buaian kain yang dibuat oleh ibunya saat Diki tertidur di dalamnya. Pertolongan medis saat kejadian 2014 lalu masih menyisakan derita bagi Diki karena kelopak matanya sudah tidak ada lagi.
Tidur atau tidak tertidur matanya tetap saja terbuka, tidak ada kelopak yang bisa melindungi bola matanya dari bahaya.
Sulit untuk dibayangkan memang, kita yang masih memiliki kesempurnaan kelopak mata ini sulit untuk bertahan selama 1 menit untuk tidak menutup mata, tapi itulah yang dirasakan oleh Diki sejak 6 tahun lalu yang ketika itu baru berumur 11 bulan.
Orang Tuanya Seorang Petani Penggarap
Orang tua Diki yang bernama Riswan dan Sinar merupakan petani penggarap, pada saat musibah yang menimpa Diki mereka saat itu menggarap kebun kopi milik oran di wilayah Rejang Lebong. Baru sekitar 3 tahun terakhir menggarap kebun milik saudaranya di wilayah Desa Batu Ampar Kabupaten Kepahiang.
Penghasilan sebagai petani penggarap tidaklah mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehingga tetap harus menjadi pekerja serabutan, seperti mencari rebung untuk dijual, kuli bangunan atau upah harian kepada petani lannya.
Orang tua Diki sangat berkeinginan melihat Diki kembali sehat, bisa melihatnya kembali membuka dan menutup matanya sebagaimana anak sebayanya.
Keterbatasan ekonomi dan pengetahuan membuatnya pasrah dengan keadaan Diki, dia hanya bisa berharap ada keajaiban untuk Diki.
Menjadi Warga Desa Batu Ampar
Diki dan Keluarganya selama ini secara administratif terdaftar sebagai warga Kelurahan Durian Depun Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang, meskipun sejak 3 tahun lalu beraktivitas berkebun di wilayah Desa Batu Ampar. Pada November 2020 mereka membeli sebuah pondok di wilayah Dusun 4 dan sejak itu mereka menjadi Warga Desa Batu Ampar.
Sebuah Keajaiban
Pada bulan Februari beberapa orang menemui Kepala Desa Batu Ampar saat mengetahui kondisi Diki yang tinggal di Desa Batu Ampar. Mereka adalah perwakilan pengusaha penjual Celluler (Curup On Cell), Pak Ridi dari pemilik usaha Bekam yang tergerak hatinya untuk berbuat sesuatu agar Diki dapat kembali disembuhkan.
Pemerintah Desa sangat mengapresiasi keinginan tersebut dan memberikan dukungan penuh untuk mereka bergerak dengan kemampuan dan jaringan yang mereka miliki. Sejak itu upaya untuk pengobatan terhadap Diki mendapat banyak dukungan publik, baik dukungan moril maupun maupun materil dalam bentuk donasi.
Saat ini Diki Sudah di rujuk ke Rumah Sakit Dr. M Hoesin Palembang untuk dilakukan operasi pada wajahnya setelah mendapatkan rujukan penuh dari RSUD Rejang Lebong.
Untuk biaya pengobatan saat ini dibantu oleh Yayasan Insan Bumi Mandiri, sementara untuk biaya hidup keluarga yang mendampingi Diki selama proses pengobatan dibantu oleh hasil donasi yang digalang para inisiator pengobatan Diki.
Perjalanan Masih Panjang
Usaha pengobatan terhadap Diki masih panjang, karena proses operasi terhadap kelopak mata kiri dan kanan tidak dapat dilakukan secara bersamaan, ditambah lagi pengobatan terhadap lensa matanya yang juga rusak akibat terbakar.
Kondisi ini memerlukan dukungan yang terus menerus dari semua pihak hingga Diki dapat ditangani secara maksimal, baik dukungan pemerintah maupun dukungan masyarakat agar derita Diki yang 6 tahun ia rasakan dapat di obati.
Pemerintah Desa
Dengan segala keterbatasan Pemerintah Desa Batu Ampar mengucapkan terimaksasih kepada semua pihak yang telah membatu Diki dengan pemikiran, jaringan, tenaga dan biaya untuk kesembuhannya (Insan Bumi Mandiri, Bekam On Cell, Curup Cell, masyarakat yang telah berdonasi dan seluruh pihak yang memberikan dukungan).
Semoga semua dukungan tersebut dapat mengurangi derita Diki yang telah dirasakannya selama 6 tahun, dan semua perbuatan baik semuanya menjadi ibadah di sisi Allah Tuhan Yang Maha Esa.