
Suara kokok ayam terdengar ramai pagi ini, cahaya mentari pagi mulai tampak di balik Bukit Hitam yang menjulang di Timur Desa Batu Ampar, kami bergegas menuju rumah Pak Taswin salah satu warga desa Dusun 4 yang kesehariannya berprofesi sebagai petani kopi dan juga penyadap aren dan membuat gula.
Setibanya di rumah beliau kami bertemu dan berbincang sejenak dan kemudian berangkat mengikuti beliau ke kebun untuk mengambil tukil nira di pohon aren yang dipasang pada manggar aren kemaren sore, disepanjang jalan kami berbincang sambil sesekali memandangi perkebunan kopi yang ada di sepanjang jalan menuju kebun.
Untuk diketahui Desa Batu Ampar memiliki penduduk 234 kepala keluarga dan 732 jiwa, mayoritas penduduk adalah bermata pencaharian sebagai petani kopi, aren merupakan tanaman sela yang ada di perkebunan kopi atau di pinggir perkebunan kopi dan dimanfaatkan sebagai mata pencaharian sebagian penduduk, selain itu sekitar 10 persen penduduk memanfaatkan rebung bambu yang terdapat disepanjang aliran sungai untuk diolah dan di jual.
Sejak 2020 lalu dengan potensi yang dimiliki Pemerintah Desa Batu Ampar mencanangkan diri sebagai Desa Wisata untuk memberikan nilai ekonomi tambahan bagi masyarakat dari setiap potensi yang dimiliki baik alam, aktivitas ekonomi, dan seni budaya.
SEJAK MENJADI DESA WISATA
Pak Taswin peria berumur 51 tahun ini merupakan petani kopi yang juga mengelola nira aren yang ada di kebunnya untuk dijadikan gula aren sebagai mata pencaharian selain kopi sejak 7 tahun lalu, beliau merasa bahagia meski hidup sederhana profesinya itu dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Semenjak menjadi Desa Wisata aktivitas sadap aren dan pembuatan gula milik Pak Taswin merupakan slah satu objek yang sering dikunjungi oleh tamu desa karena aksesnya dekat dari desa. Pengunjung biasanya mengikuti aktivitas sadap aren hingga pembuatan gula, namun ada juga yang hanya melihat sebagian proses.
“Saya sangat senang dengan pengunjung dari berbagai daerah yang datang kemari untuk ikut menyadap dan buat gula, saya merasa dulu petani aren itu adalah pekerjaan yang sepele dan hanya untuk orang-orang sperti saya yang kurang berpendidikan dan tinggal di desa, ternyata ada banyak orang yang ingin tahu dan senang menikmati kegiatan saya”
Dengan pengunjung desa datang ke tempat saya (Taswin) saya merasa senang berkenalan dan berbagi dengan mereka, saya jadi banyak teman dan sebagian besar dari mereka langsung membeli gula olahan saya dengan harga seperti di pasaran.
AWALNYA MALU
Sambil mengaduk-aduk nira yang ada di tungku Pak Taswin mengatakan awal-awalnya dulu ketika saya didatangi pengunjung yang dibawa pemandu saya merasa malu dan tidak percaya diri, namun seiring waktu saya menjadi terbiasa dan merasa bangga karena dengan aktivitas ini saya bisa berbuat untuk kepentingan desa tegasnya sambil tersenum.
HARAPAN
Semoga kedepan semakin banyak pengunjung yang datang ke desa kami, saya juga berharap Pemerintah Desa terus berinovasi mengembangkan setiap potensi yang ada di desa sehingga bisa membantu masyarakat menjadi lebih baik. Memang tidak mudah menjadikan desa ini maju namun sepanjang kita mau berusaha dan kompak saya yakin pasti bisa… katanya.