Desa Batu Ampar, Kopi Tangguh Iklim dan Eko Wisata

Desa Batu Ampar Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang memiliki dengan letah geografis di wilayah dataran tinggi dengan 700 MDPL lebih dan berbatasan langsung dengan kawasan TWA Bukit Kaba atau tepatnya di lereng Bukit Hitam, dengan mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani sebagai petani kopi.

Batu Ampar memiliki wilayah seluas 791,94 Ha berdasarkan hasil pemetaan partisipatif tahun 2019, 494,45 Ha merupakan kawasan hutan Taman Wista Alam Bukit Kaba, 6,01 Ha kawasan pemukiman dan 291,48 Ha adalah alokasi peruntukan lain seperti perkebunan dan ladang.

Dari luasan wilayah yang dimiliki oleh desa, perkebunan kopi mendominasi sebagai tanaman unggulan yang telah dikelola oleh masyarakat secara turun temurun dari sejak cikal bakal berdirinya desa pada tahun 1940 an, dari total penduduk 205 KK berdasarkan data kependudukan desa pada Desember 2020, terdapat 193 kepala keluarga mengelola kopi baik memiliki kebun sendiri ataupun sebagai penggarap. Selain itu terdapat lebih dari 100 KK dari desa lain yang memiliki perkebunan kopi di wilayah Desa Batu Ampar.

Sejak awal dimulainya perkebunan kopi masyarakat Desa Batu Ampar tidak mengenal perkebunan kopi  tanaman sejenis, masyarakat terbiasa dengan tanaman beragam, hal itu dilakukan secara alamiah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan memanfaatkan lahan perkebunan kopi yang dimiliki.

Tanaman yang biasanya terdapat di kawasan perkebunan kopi masyarakat adalah aren untuk membuat gula, bambu untuk keperluan sandang seperti pondok yang ditanam di pinggir kebun atau di pinggir sungai, tanaman buah  (seperti durian, pokat, nangka), tanaman kayu untuk bangunan biasa juga terselip di antara pohon kopi dan secara khusus untuk pelindung kopi petani biasanya menanam dadap atau johar, sementara di bawah kopi terdapat cabe rawit.

Dalam perkembangannya petani kopi mulai mengalami pergeseran pemikiran, seriring dengan perkembangan teknologi, akses informasi serta keinginan mencapai target produksi maksimal membuat sebagian orang bergeser kepada pola pertanian sejenis yang mengabaikan pertimbangan keseimbangan alam dan bahaya yang diakibatkannya.

Pada tanggal 28 Januari 2020 di Desa Batu Ampar dilakukan “Deklarasi Desa Kopi Tangguh Iklim” yang di prakarsai oleh Kelompok Perempuan Alam Lestari setelah melakukan banyak aktivitas dan diskusi yang di hadiri oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, dengan semangat membangun kesadaran akan pentingnya keseimbangan dan kelestarian lingkungan untuk hidup yang berkelanjutan. Dengan kata lain sesungguhnya yang telah dilakukan para pendahulu desa dalam mengelola perkebunan kopi perlu dipertahankan sebagai bentuk konstribusi terhadap konservasi alam dan tidak semata mencapai target produksi.

Selain upaya membangun kesadaran dan pentingnya setiap warga desa berkonstribusi menjaga kelestarian lingkungan, mewujudkan kesejahteraan masyarakat menjadi bagian penting yang tidak dapat diabaikan. Desa Batu Ampar mencoba meracik semua potensi yang dimiliki agar semua kepentingan dapat berjalan secara seimbang.

Kepentingan akan kelestarian lingkungan dan kepentingan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat coba dirumuskan dengan memadukan semngat mewujudkan kelestarian lingkungan dengan tema “Kopi Tangguh Iklim”, potensi alam yang dimiliki, kebijakan pembangunan nasional, daerah dan desa.

Desa memiliki kepentingan untuk menghairkan banyak orang dengan segala potensi yang dimiliki untuk mengenal, memahami dan berkonsrtibusi terhadap desa dengan memunculkan konsep “Ekowista”. Dalam pemaknaan kami wisata bukan sekedar menghadirkan orang dan menerima retribusi, wisata yang kami pahami adalah bagaimana orang selain terhibur juga mendapatkan edukasi dan kesadaran untuk berkostribusi terhadap semangat yang dibangun di Desa Batu Ampar.

Ekowisata yang dimaksud adalah bagaimana setiap orang yang hadir ke Desa Batu Ampar dapat menikmati, belajar bersama masyarakat dan berkonstribusi kepada kelestarian lingkungan dan ekonomi masyarakat. Secara prinsip ekowisata mengusung semangat konservasi.

Meikmati alam desa, aktivitas ekonomi dan sosial budaya yang ada dimasyarakat, hal itu pasti menjadi tujuan awal setiap orang yang akan datang kesatu tempat wisata. Namun bagi Desa Batu Ampar setiap orang yang hadir juga penting mendapatkan edukasi dari setiap yang dimiliki oleh desa. Air terjun yang dimiliki ada karena kondisi alam masih terjaga, masih terdapat banyak bambu disepanjang sungai, masih banyak pohon di hulu sungai dan ditengah perkebunan kopi masyarakat, semua akan berakhir jika masyakat hanya mengedepankan produktivitas dengan membabat habis pohon selain kopi atau beralih ke tanaman semusim yang harus mengupas semua tutupan lahan.

Berkonstribusi yang dimaksudkan adalah setiap orang yang hadir atau berkunjung ke desa diharapkan memberikan konstribusi untuk tempat menginap di rumah warga atau homestay, membayar sewa kepada petani kopi, petani aren, pengrajin kuliner, pengrajian anyaman bambu, pengrajin kayu dan sebagainya dalam kegiatan mengikuti aktivitas masyarakat sehingga masyarakat dapat menerima manfaat dari apa yang dilakukan selain menjual produksinya.

Pengunjung diwajibkan menanam pohon 1 batang untuk satu orang yang bibitnya dibeli dari masyarakat sebagai wujud dukungan terhadap kelestarian lingkungan. Dengan kata lain bahwa semangat kelestarian lingkungan yang ingin diwujudkan melalui kopi tangguh iklim juga didukung oleh orang lain yang menikmati dampak dari kelestarian itu sendiri dengan konsep ekowisata sebagai pemicu.

Terlepas dari semua itu bahwa keseimbangan hidup, kelestarian lingkungan, kesejahteraan masyarakat sebuah komitmen yang harus dilakukan secara bersamaan dan berimbang. “Kopi Tangguh Iklim”, “Ekowisata” sebenarnya hanya sebuah istilah untuk mewakili substansi, karena yang terpenting sesungguhnya adalah sebuah kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan dan mewujudkan kesejahteraan secara berimbang untuk hidup yang lebih panjang.