BATU AMPAR – Ketika ngobrol sambil ngopi dengan beberapa teman yang biasa diskusi di Desa Batu Ampar, terdengar salah satu teman kami mengatakan Kita Ngobrol Kopi Sampai Kelangit Tapi Petani Kopi Tetap Menjerit, kalimat itu bukan tanpa dasar jika kita memperhatikan kebanyakan nasib petani kopi yang jauh dari sejahtera.
Berdasarkan data pemerintah bahwa hasil per hektar kebun kopi hanya 700-800 kg saja setiap tahunnya, dengan harga terkini diperkirakan rata-rata petani kopi hanya mendapatkan Rp 12.000.000 per tahun, itu adalah penghasilan kotor karena harus dipotong biaya produksi untuk pemeliharaan hingga panen. Rata-rata petani kopi hanya memiliki 1 hektar sebagian kecil saja petani yang memiliki lahan lebih dari 1 hektar.
Dengan kondisi itu artinya petani kopi hanya menghasilkan Rp 1.000.000 perbulan per hektar yang akan dipergunakan untuk kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan dan biaya perawatan kebun kopi, maka sewajarnya tingkat penerima bantuan sosial masih cukup tinggi.
persoalannya adalah jika kopi ingin dijadikan sebagai komoditas unggulan daerah Provinsi Bengkulu atau Kabupaten Kepahiang dengan kondisi di atas tadi, maka seharus ada intervensi kebijan pemerintah terhadap petani kopi yang terencana dengan baik dan fokus, sehingga kebaggaan akan kopi yang dimunculkan di luar sana diiringi dengan upaya peningkatan kesejahteraan terhadap petani kopi itu sendiri.
Ada banyak persoalan yang dihadapi petani kopi, diantaranya lahan yang setiap hari semakin berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, hama dan penyakit yang mengakibatkan penurunan produksi, perubahan iklim yang dapat mengakibatkan gagal panen, keterbatasan informasi dan pengetahuan dan tentunya kepastian harga yang layak. Persolan tersebut yang seharusnya menjadi fokus pemerintah yang mesti dijadikan bahan kajian dalam merumuskan kebijakan baik regulasi maupun kebijakan anggaran.
Ini sebuah harapan dari diskusi kami sambil ngopi, setidaknya diskusi-diskusi ini terus berkembang untuk mewujudkan keseimbangan semangat bercerita tentang kopi dengan mensejahterakan petani kopi.